Kisah Next Generation 1 - Chapter 5

9:30:00 PM Unknown 0 Comments

Disclamer: J. K. Rowling


KISAH NEXT GENERATION 1: CIUMAN YANG SALAH

Chapter 5


Tanggal: Senin, 1 September 2017
Lokasi: Stasiun Hogsmead
Waktu: 6.10 – 6.25 pm
Dear Diary,
Kehebohan yang terjadi tidak sampai di situ, sekarang kau biasa menyebutku cewek sinting. Saat itu aku sedang berdiri di stasiun dengan tubuh basah dari ujung kaki sampai ujung rambut, mengigil kedinginan dan memandang Rose dan Malfoy yang sekarang sedang memperebutkan sesuatu yang tampaknya adalah kartu platinum penyihir terkenal dalam Coklat Kodok.
Asal tahu saja, aku telah melompat keluar dari kereta tanpa kuda, tergelincir di dekat kereta tetangga (untung saja aku tidak memecahkan kepalaku sendir), berlari seperti cewek gila dalam hujan yang jatuhnya tak tanggung-tanggung untuk mendekati Rose dan Malfoy, yang basah kuyup dan sudah siap bergumul di lumpur.
“Kartu itu milikku, Malfoy, terjatuh dari saku jubahku,” kata Rose.
“Mana buktinya?” tanya Malfoy, mengangkat alis.
“Aku memang tidak bisa membuktikannya, tapi itu benar-benar kartu milikku.”
“Siapa bilang? Akulah yang menemukan kartu ini jadi kartu ini milikku!”
“Kembalikan, Brengsek!”
“Tidak...”
Rose sudah akan menyerbu Malfoy dan aku segera menyambar lengannya.
“Hentikan!” kataku dengan suara Ketua Murid yang siap memberikan detensi.
Aku memandang Malfoy, yang wajahnya tampak senang dan puas.
“Aku akan menyita kartu ini,” kataku, merebut kartu dari tangan Malfoy.
Wajah Malfoy tampak murka, Rose tersenyum senang.
“Dan aku tidak akan memberikannya padamu,” kataku pada Rose, yang wajahnya langsung berubah. “Pergilah, sekarang! Kalian harus naik perahu, kan?”
Rose dan Malfoy tidak bergerak.
“Pergilah! Atau kalian ingin aku memberikan kalian detensi,” kataku mengancam.
Aduh, mengapa anak-anak ini sangat keras kepala? Tidakkah mereka tahu bahwa kepalaku sakit karena lapar, belum lagi udara dingin dan hujan yang menusuk kulit?
“Oke,” kata Rose.
Sangat bijaksana, Rose!
“Pergilah!” kataku mengusir.
Dia dan Malfoy meninggalkanku dan menghilang di balik tirai hujan. Aku memandang kartu platinum bergambar Severus Snape di tanganku.
Aku tersenyum.
Diary, aku tidak akan menipu diriku sendiri lagi! Jujur saja, aku juga mengoleksi kartu Coklat Kodok dan tidak ada satu pun kartu platinum dalam koleksiku. Kartu platinum adalah kartu yang sangat jarang, satu dari seribu, cuma keberuntunganlah yang membuatmu bisa mendapatkannya.
Asyik, kartu ini bisa menambah koleksiku!
Merlin, apakah aku baru saja melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan citraku sebagai Cucu Pertama Keluarga Weasley yang Super-sempurna? Tidak, tidak, aku tidak berbuat kesalahan. Apakah salah kalau aku menginginkan kartu platinum yang langka ini?
“Victoire!”
Aku terkejut dan mengangkat muka.
Rose dan Malfoy sedang berdiri di depanku, basah kuyup dan menggigil.
“Apa? Mengapa kalian tidak segera pergi bersama Hagrid?”
“Mereka sudah pergi dan kami tidak tahu jalan menuju dermaga,” kata Rose.
“Ya, ampun, baiklah, aku akan mengantar kalian,” kataku, mengantongi kartu platinum, dan menggandeng tangan Rose dan Malfoy.
“Aku tidak suka bergandengan tangan,” kata Malfoy, menyentakkan tangannya.
Aku tidak melepaskannya, tapi menyeretnya dan Rose, berlari kecil menembus lumpur dan hujan bukan September yang tercurah dari langit dengan deras.
Kami hampir sampai di dermaga saat Hagrid sudah akan menyuruh armada perahu kelas satu untuk berangkat ke Hogwarts.
Sial!
“HAGRID,” aku menjerit seperti orang yang nyawanya tinggal di ujung tombak, dan menyeret Rose dan Malfoy berlari kencang menyusuri dermaga yang terbuat dari papan.
“Victoire,” Hagrid, memandangku tercengang.
Aku ngos-ngosan, melepaskan penganganku pada Rose dan Malfoy yang juga ngos-ngosan dan mengelus dada. Ya, ampun, orang seharusnya tidak boleh berolah raga di malam hari!
“Rose, apa kabar?” kata Hagrid, yang telah melihat Rose. “Hampir saja terlambat, ayo... ayo!”
Rose dan Malfoy, yang masih ngos-ngosan dipaksa Hagrid naik ke perahunya.
Aku ingin berkata, Rose dan Malfoy tidak boleh ditempatkan dalam satu perahu karena mereka bisa membuat perahu tenggelam, tapi Hagrid telah mengarahkan armada perahu untuk maju, meninggalkanku yang masih ngos-ngosan di  dermaga.
Jadi, semua beres, Rose dan Malfoy tidak ketinggalan perahu dan aku bisa kembali ke stasiun Hogsmead, naik kereta tanpa kuda dan tiba di Hogwarts sebagai Ketua Murid baru.
Diary, ternyata asyik juga melangkah sambil bersendung di bawah hujan, menyanyikan lagu Sekuali Penuh Cinta yang Panas dan Pekat, dan melupakan peristiwa yang terjadi di kereta api. Putus cinta, adik-adik dan sepupu yang bertingkah aneh dan Teddy Lupin... Lupakan semuanya!
Kurebus cintaku dalam kuali!
Cinta yang yang panas dan pekat!
Kau tentu berpikir bahwa aku sudah menjadi penggemar Celestina Warbeck, tapi sebenarnya bukan begitu. Lagu itu tiba-tiba saja muncul dalam pikiranku, yah, dan aku menyanyikannya. Kalau dipikir-pikir tidak ada salahnya menyanyikan lagu kesukaan Grandma.
Namun, kerianganku berakhir setelah sampai di stasiun Hogmead. Stasiun itu sekarang sepi... hening... tenang...atau apa pun kata yang bersinonim dengan itu, karena keadaannya memang begitu. Kereta-kereta tanpa kuda yang jumlahnya harusnya ada lima puluh tidak satu pun kelihatan. Apakah aku ditinggal? Jelas sekali, aku memang sudah ditinggal, tidak perlu mencari di balik tempat sampah.
Sial!
Jadi, sekarang aku harus jalan kaki menuju kastil yang jaraknya entah berapa kilometer. Aku, Cucu Pertama Keluarga Weasley yang Super-sempurna, telah menciptakan record: Ketua Murid yang telah menampar Ketua Murid lainnya, Ketua Murid yang terlambat pada hari pertama, dan mungkin tak lama lagi, Ketua Murid yang dipecat setelah beberapa jam menjabat. Dan, jalan di bawah hujan pada bulan September bukanlah ide yang bagus untuk bersenang-senang.

Sincerely,
Victoire Weasley
Ketua Murid yang mungkin sebentar lagi dipecat.



You Might Also Like

0 komentar: